Gemeente Waterleidingbedrijf , yang kini dikenal sebagai Perumda Air Minum Kota Makassar (PDAM), merupakan salah satu bangunan bersejarah yang dibangun pada tahun 1920 dan mulai dimanfaatkan pada tahun 1924 oleh pemerintah kolonial Belanda. Sejak awal berdirinya, bangunan ini berfungsi sebagai pusat pengolahan dan pendistribusian air bersih bagi masyarakat Kota Makassar, dan hingga kini masih beroperasi dengan fungsi yang sama (Makassar, 27 Februari 2025).
Selain menara air yang menjadi ikon PDAM, terdapat satu struktur unik di dalam kompleks ini, yaitu bangunan filter penyaringan air dengan pilar berbentuk cendawan, diduga Struktur ini merupakan karya arsitek Belanda, Herman Thomas Karsten, yang dikenal sebagai tokoh penting dalam perencanaan kota dan arsitektur kolonial di Indonesia.
Direktur Makassar Architectural Heritage Development Center , Sudjar Adityadjaja, menjelaskan bahwa pembangunan infrastruktur seperti PDAM tidak terlepas dari kebijakan Politik Etis yang diterapkan oleh pemerintah kolonial Belanda. Kebijakan ini, yang awalnya dimaksudkan sebagai bentuk “balas budi” atas eksploitasi di Hindia Belanda, turut berkontribusi pada pembangunan sistem irigasi serta fasilitas penyediaan air bersih di berbagai wilayah, termasuk di Makassar.
Kepala Bidang Cagar Budaya Dinas Kebudayaan Kota Makassar, Haryanti Ramli, menyampaikan bahwa ia bersama tim telah melakukan pemantauan terhadap kondisi Bangunan Gedung Cagar Budaya (BGCB) di kompleks PDAM yang berlokasi di Jalan Ratulangi hari ini. Salah satu fokus utama pemantauan adalah bangunan filter penyaringan air yang memiliki struktur pilar cendawan yang khas.
“Yang menarik, bentuk pondasi pilar pada bangunan ini memiliki kemiripan dengan struktur pilar di Pasar Johar Semarang, yaitu konstruksi cendawan yang menyerupai jamur,” ujar Haryanti Ramli.
Dengan tetap berfungsinya bangunan ini hingga kini, diharapkan masyarakat semakin menyadari pentingnya pelestarian warisan arsitektur kolonial yang masih memiliki nilai sejarah dan manfaat bagi kehidupan modern.