Tak dipungkiri, Belanda, telah mewariskan segala bentuk infrastruktur dan bangunan-bangunan. Mereka membangun banyak rumah, dan bangunan-bangunan umum lainnya dengan bentuk tata kota dan arsitektur yang sama persis dengan negara asalnya.
Bangunan-bangunan yang ditinggalkan memiliki langgam arsitektur kolonial, salah satu gaya arsitektur yang masih mendapatkan pengaruh paling besar dalam perkembangan bangunan di Indonesia.
Gaya arsitektur kolonial ini tidak hanya meninggalkan jejak berupa bangunan-bangunan megah di beberapa kota besar, tetapi juga mempengaruhi perkembangan arsitektur di daerah-daerah lain di Indonesia. Keberadaan bangunan-bangunan bersejarah tersebut menjadi bukti konkret dari perjumpaan antara budaya lokal dengan budaya asing yang membentuk ciri khas arsitektur Indonesia yang unik dan kaya akan warisan sejarah.
Mahasiswa ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Hasanuddin dalam Skripsinya. Angella Andyla Irma Loppies dengan judul
Sejarah keluarga Voll (kisah keturunan Indo-Belanda di Sulawesi Selatan). Terdapat sejumlah keturunan Eropa yang telah bermukim dan memiliki penghidupan serta memiliki jaringan kekerabatan dengan masyarakat Sulawesi Selatan. Mereka diantaranya adalah keluarga Mesman, keluarga Weijergangs, keluarga Brugman, keluarga Trouerbach, dan keluarga Voll.
Salah satu bangunan kolonial yang masih berfungsi sebagai rumah tinggal berada di jalan Ince Nurdin No 37 Kota Makassar dimana bangunan ini diperkirakan dibangunan sekitar tahun 1930-1940an berfungsi sebagai rumah tinggal keturunan Eropa hingga hari ini di tempati dari keluarga Voll.
Tim Pendaftaran Objek Diduga Cagar Budaya dari Dinas Kebudayaan Kota Makassar baru-baru ini melakukan pendataan terhadap bangunan ini. Bangunan kolonial tersebut memiliki nilai historis dan budaya yang tinggi, menjadikannya sumber informasi penting tentang sejarah Indonesia, khususnya di Kota Makassar.