Wednesday, Dec 18, 2019
Lo’mo Ri Antang atau I Lo’mo Ri Antang, merupakan salah satu tokoh yang ikut dalam menyebarkan agama Islam di Kerajaan Gowa. Setelah Islam resmi diterima oleh Kerajaan Gowa dan Tallo sekitar tahun 1605 oleh Syekh Abdul Djawad Khatib Tunggal yang lebih dikenal dengan Datuk Ri Bandang. Lo’mo Ri Antang adalah seorang tokoh ulama dan salah seorang guru dari Syekh Yusuf. Guru lainnya adalah Datuk Panggentungan yang merupakan anak dari Datuk Ri Bandang. Tidak ada catatan yang bisa diperoleh, siapa nama asli dari Lo’mo Ri Antang. Lo’mo adalah sebuah jabatan di Kerajaan Gowa setingkat dengan Gallarrang. Gelar Lo’mo ini diberikan kepada seseorang yang sangat paham terhadap agama Islam. Sebuah catatan yang dikutip dari buku Anging Mammiri (Rasyid Idris : 2017) menyebutkan bahwa nama Kampung Antang yang ada sekarang erat kaitannya dengan kehidupan Lo’mo Ri Antang. Beliau adalah orang yang pertama kali menyebut kata “Ammantang”, yang kemudian didengar oleh masyarakat, maka menjadilah Antang.
Dg.Sillo bercerita, dengan mengutip dari kisah-kisah Lontara Bilang (catatan harian), bahwa pada perjalanan Syekh Yusuf ke tanah Mekah dengan menumpang kapal Melayu tahun 1644, ternyata dalam perjalanan tersebut ikut pula Lo’mo Ri Antang bersama Syekh Yusuf menunaikan ibadah haji. Di tengah perjalanan, Lo’mo Ri Antang wafat. Entah apa penyebab wafatnya. Tak disebutkan dengan jelas sebab-sebab wafatnya. Karena dikhawatirkan mayatnya membusuk di dalam kapal, maka nakhoda kapal melakukan prosesi pemakaman laut, atau di dalam Lontara Bilang disebut di Ladung atau ditenggelamkan kedalam laut. Setelah prosesi pemakaman, perjalanan dilanjutkan. Setelah menempuh perjalanan laut, akhirnya kapal yang di tumpangi Syekh Yusuf tiba di dermaga Jeddah. Alangkah ajaibnya, setibanya di dermaga, Syekh Yusuf mendapati Lo’mo sudah berada disana dalam keadaan sehat wal afiat. Sebagai orang awam, kejadian seperti itu merupakan hal yang mustahil, tetapi tidak bagi orang yang mendekatkan dirinya kepada Tuhan, yang telah menjalani kehidupan ibadah setingkat ma’rifat, seperti Syekh Yusuf dan Lo’mo. Bagaimana bisa orang yang telah nyata wafat dan telah dikuburkan di tengah laut, dapat hidup lagi dan lebih dulu tiba di tempat tujuan. Maka dari kejadian itu Lo’mo digelari Hayyun Fiddar atau orang yang hidup di dua tempat, sebagai rahmat yang diberikan Tuhan kepada seorang wali yang bergelar I Lo’mo Ri Antang.
Tentang penamaan Antang, menurut Dg. Sillo, suatu waktu sang ulama besar itu melakukan perjalanan ke suatu tempat, dimana dia merasa sudah waktunya untuk menetap, maka diapun menyatakan sudah mau menetap di suatu tempat. Diapun memilih tanah yang sekarang menjadi kuburannya. Lo’mo pun berkata “Pa’parrekangma balla, ka la mantang ma” artinya “Buatkan Saya rumah, karena Saya sudah mau menetap”. Maka disinilah dia dibuatkan rumah untuk ditempati bersama keluarganya, sebelum menyertai Syekh Yusuf berangkat ke Mekah. Rumah itu disebut dengan Balla Lompoa I Lo’mo Ri Antang. Dari kata mantang inilah maka daerah dimana dia tinggal disebut ‘Antang’ hingga sekarang.
Perlu diketahui pula, bahwa konon tarian Pepe-Pepeka Ri Makka, sebenarnya adalah ciptaan dari Lo’mo Ri Antang. Beliau menciptakan dan memasukkan tarian ini sebagai media dakwah selain dalam bentuk ceramah. Tarian ini oleh Lo’Mo Ri Antang sengaja disuguhkan dalam berbagai acara di masyarakat untuk menyampaikan pesan-pesan spiritualnya atau keagamaan di masyarakat. Dalam Lontarak Bilang Raja Gowa dan Tallo, tertulis bahwa I Lo’mo Ri Antang wafat pada tanggal 28 Agustus 1739, bertepatan dengan 21 Jumadil Awal 1152 H, pada hari Jum’at.
Makam Lo’mo Ri Antang terletak di Jalan Antang Raya No. 93, Kelurahan Antang Kecamatan Manggala.
Sumber :