Wednesday, Dec 18, 2019

MAKAM LA TENRITAPPU TO APPALIWENG DAENG PALALLO SULTAN AHMAD SALEH SYAMSUDDIN

LA TENRITAPPU TO APPALIWENG DAENG PALALLO SULTAN AHMAD SALEH SYAMSUDDIN, adalah Mangkau Bone XXIII, yang memerintah tahun 1775-1812 La Tenritappu adalah cucu La Temmassonge To Appaweling Arung Baringeng Sultan Abdul Razak Jalaluddin MatinroE Ri Malimongeng, Raja Bone XXII. La Tenritappu menggantikan neneknya menjadi Arumpone pada tanggal 4 Juni 1775 Masehi.

Ayah La Tenritappu bernama La Mappapenning To Appaimeng Daeng Makkuling, Ponggawa Bone MatinroE ri Tasi’na. Ibunya bernama We Hamidah Daeng Mattammeng Petta MatowaE Arung Lapanning Karaeng Takalara (anak La Temmassonge To Appaweling Arung Baringeng, Sultan Abdul Razak Jalaluddin, Mangkau Bone XXII dari isterinya We Mommo Sitti Aisah).

Pada tanggal 5 Oktober 1772 sewaktu La Tenritappu masih berusia sekitar 9 tahun atas persetujuan kakeknya La Temmassonge, maka dewan Ade PituE Ri Bone memilih dan menunjuk La Tenritappu sebagai calon tetap untuk menggantikan kakeknya memegang kekuasaan di Kerajaan Bone. Pada tanggal 4 Juli 1775 La Temmassonge Raja Bone XXII mangkat dan digantikan oleh La Tenritappu sebagai Raja Bone XXIII dalam usia 12 tahun. Oleh karena usianya yang masih dibawah umur, dalam menjalankan pemerintahan di Kerajaan Bone, diwakili oleh pamannya yang bernama La Balosso To Akkaottong, Maddanreng Bone PawelaiE ri Marampesu

Sebagai Arumpone, ia pernah berperang dengan Addatuang Sidenreng yang bernama La Wawo. Persoalannya adalah karena La Wawo akan melepaskan diri dari keterikatannya dengan Bone. La Wawo bertegas tidak akan memberikan lagi SEBBUKATI (upeti) yaitu semacam persembahan yang menjadi kewajiban Addatuang Sidenreng. Setelah melalui pertimbangan yang matang, berangkatlah orang Bone dibawah komando Arumpone untuk menyerang Sidenreng. Karena merasa terancam, Addatuang Sidenreng La Wawo minta bantuan kepada Karaeng Tanete. La Wawo minta kepada Karaeng Tanete agar Arumpone La Tenri Tappu bersama segenap pasukannya dapat dibendung untuk tidak memasuki wilayah Sidenreng. Addatuang Sidenreng La Wawo menyanggupi untuk menyediakan ubba yaitu semacam bahan peledak kepada Karaeng Tanete dalam membendung serangan Bone. Setelah bermusuhan kurang lebih tiga tahun, ternyata orang Bone tidak mampu untuk melewati Sungai Segeri karena dibendung oleh orang Tanete dengan bantuan Petta TollaowE ri Segeri.

Untuk mencegah terjadinya perang yang berkerpanjangan, Pembesar Kompeni Belanda di Ujung Pandang segera turun tangan. Pembesar Kompeni Belanda yang bernama Yacobson Wilbey mengingatkan kepada Arumpone La Tenritappu untuk mundur ke Bone. Begitu pula kepada Addatuang Sidenreng La Wawo agar menarik pasukannya kembali ke Sidenreng. Dengan demikian, perang antara Bone dengan Sidenreng berakhir. Ketika perang antara Bone dengan Sidenreng berakhir, datanglah La Wawo kepada Karaeng Tanete membawa 40 orang Batu Lappa dan 20 orang Kasa sebagai pengganti harga ubba yang digunakan Karaeng Tanete selama perang. Dalam masa pemerintahan La Tenritappu di Bone, Inggeris menduduki Rotterdam menggantikan Belanda tahun 1814 Masehi.

Salah satu karya besar baginda raja adalah buku pelajaran Tasawuf, yang ditulis dengan huruf Lontaraq dan Arab yang diberi judul NURUL HADI atau dalam bahasa Bugis dikenal sebagai “Tajang Pattiroangnge Lao ri Laleng MalempuE”, artinya cahaya yang membimbing ke arah jalan yang benar. Tulisan ini diselesaikan oleh baginda raja Bone pada tanggal 21 Mei 1788 atau tanggal 15 Sya’ban 1202, dibagi dalam tujuh bab. Buku ber-halaman 335 ini mendapat pengakuan dari ahli tasawuf dari Mekkah pada masanya yang kemudian menjadi literatur klasik tasawuf Islam. Buku ini memuat tuntunan zikir dan wiridnya yang khas dari tarekat khalwatiah,.dimana bagianda raja sendiri adalah pengagum dan mendalami ajaran-ajaran Syekh Yusuf Taj Al-Khalwatiah. Buku ini menjadi rujukan umum bagi pihak-pihak yang mendalami tasawuf Islam dalam tarikat Khalwatiah yang masih bisa dibaca dan diamalkan hingga sekarang ini. Menurut Muhlis Hadrawi. Hakim (2008) Buku ini menjadi naskah penting sebagai salah satu kitab yang lahir seorang tokoh penting dari kalangan aristokrat Bugis-Makassar yang banyak menggerakkan tradisi penulisan dan kesenian. Ini fakta bawa pihak aristokrat Bugis-Makassar berperan penting dalam membuat literatur ilmu pengetahuan. Tentu saja ini menjadi sebuah fenomena kerja-kerja intelektual yang ada dalam istana yang biasanya hanya identik melaksanakan tugas kerajaan mengurus politik pemerintahan, Ini sekaligus menjadikan La Tenri Tappu adalah salah seorang dari sedikit raja di Indonesia yang aktif memproduksi hasil kajian agama Islam dalam bentuk buku risalah. Beliau adalah pengarah dan juga sekaligus penerbit dari berbagai naskah di jamannya.

Dalam masa pemerintahannya La Tenritappu juga meminta Arab Harun, Kadhi Kerajaan untuk menyalin 30 risalah karya Syekh Yusuf dan muridnya, Syekh Abdul Dhahir. Menurut catatan Abu Hamid (2005) risalah-risalah tersebut adalah: (1) Fathu al-Rahman, (2) Matla’ al-Saraair wa al-Zhawahir, (3) Mathalibu al-Salikin, (4) Fathu Kaifiyat al-Dzikri, (5) al-Barakat al-Sailaniyah, (6) al-Fawaaih al-Yusufiyat fi Bayaani al-Tahqiq, (7) Kaifiyat alManfai, (8) Tahshilu al-Inayah wa al-Hidayat, (9) Risalah Ghaayah al-Ikhtishaar wa al-Nihayah al-Intizdar, (10) Sirrul al-Asraar, (11) Daqaaiqul al-Asraar, (12) Bahjatu al-Tanwiyr, (13) Fassu Hikmat al-Ilahiyah, (14) al-A’yaanu al-Tsaabitah, (15) Tuhfat al-Mursalah, (16) Risalah al-Wudhuui, (17) Ma’rifah al-Tauhid, (18) Muqaddimah al-Fawaaid, (19) Asraaru al-Shalawaat, (20) Bahrun al-Lahut, (21), Wahdat al-Wujuud, (22) Al-Fautsu al-A’zdam, (23) Bayaan Allah, (24) Nuurul Haadiy Ila Thariiqy al-Rasyaad, (25) Bidaayatu al-Mubtadiy, (26) Tahkshishu alMa’aarif, (27) Daf’u al-Bala’, (28) Ajaran Syekh Yusuf (Bahasa Bugis), (29) Futuhaatu al-Ilahiyyah, (30) Zubdatu al-Asraar.23

Pada tanggal 2 November 1774, La Tenritappu kawin dengan sepupu satu kalinya yang bernama We Padauleng/Tenripada Arung Timurung, untuk dijadikan sebagai Arung Makkunrai (permaisuri). We Padauleng/Tenripada Arung Timurung, adalah anak dari La Balosso To Akkaottong, Maddanreng Bone dengan isterinya yang bernama We Tenriawaru Arung Lempang. Ada 13 nama lengkap putra-putrinya yang tercatat dalam Buku Harian La Tenritappu yang tersimpan di Perpustakaan Inggris, yaitu :

  1. La Mappasessu To Appatunru Arung Palakka alias Muhammad Ismail (Mangkau Bone XXIV, bergelar Sultan Ismail Muhtajuddin, MatinroE Ri Lalengbata).
  2. We Manningratu Arung Data alias Sitti Salimah (Mangkau Bone XXV, bergelar Sultanah Salimah Rajiyatuddin, MatinroE Ri Kessi).
  3. La Mappaselling Arung Pannyili alias Muhammad Yusuf (MangkauBone XXVI bergelar Sultan Adam Najamuddin, MatinroE Ri Salassana).
  4. La Tenri Sukki Arung Kajuara alias Muhammad Baqiy, bergelar Petta TomalompoE Ri Bone.
  5. La Mappangewa Arung Lompu alias Muhammad Sulaiman, bergelar Petta Anregurunna AnakarungE Bone.
  6. La Temmu Page Arung Paroto alias Muhammad Saleh, bergelar PonggawaE Bone MatinroE ri Alau Appasareng.
  7. We Batara Tungke Arung Timurung alias Sitti Fatimah.
  8. La Pawawoi Arung Sumaling alias Abdul Muhammad.
  9. We MakkalaruE Arung Pallengoreng alias Sitti Maryam.
  10. We Mammuncaragi Arung Malaka alias Sitti Aisyah.
  11. La Tenribali Arung Ta’ alias Muhammad Abdul Karim.
  12. La Paremmarukka Arung Karella alias Muhammad Abdulrahman.
  13. La Patuppubatu Arung Tonra alias Abdul Salam.

 

LA MAPPASESSU TO APPATUNRU ARUNG PALAKKA, Mangkau Bone XXIV MatinroE Ri Lalengbata beberapa kali kawin :

  1. Kawin dengan We Bau Arung Kaju (anak La Umpu Arung Teko dengan I Rukiya Karaeng Kanjene, Addatuang Sidenreng VI dan Arung Berru VII), lahirlah : We Baeggo Arung Macege, kawin dengan La Sumange’ Rukka To Patarai Arung Berru XII (anak La To Appasawe Arung Berru XI dan I Hatija Arung Paopao ri Berru), lahirlah:
  1. La Singkerru Rukka Arung Bulo-Bulo Sultan Ahmad Idris, MatinroE Ri Topaccing, Mangkau Bone XXIX, kawin dengan :
    1. I Saira / We Sangang Arung Lompo (anak La Mappawewang Arung Lompu), lahirlah : We Banri Gau Sitti Fatima Arung Timurung, Sultanah Fatimah, MatinroE Ri Bolampare’na, Mangkau Bone XXX, kawin dengan I Bangkung Ma’guliga Karaeng Popo (anak I Malingkaan Daeng Nyonri Karaeng Katangka, Somba Gowa XXXIII, lahirlah : We Bunga Suttara Daeng Bau Arung Apala.
    2. I Kalossong Karaeng Langello, lahirlah : La Pawawoi Karaeng Sigeri (Mangkau Bone XXXI, MatinroE Ri Bandung). La Pawawoi Karaeng Sigeri, kawin dengan We Karimba Daeng Matte’ne Arung Mangempa, lahirlah : La Hamid Baso Pagilingi Petta Ponggawa Bone, kawin dengan We Cenra Datu Cinnong (anak La Mausereng Arung Matuju dan I Biba Arung Lanca), lahirlah : La Pabbenteng Daeng Palawa Arung Macege, MatinroE Ri Matuju, Mangkau Bone XXXIII. La Pabbenteng.
    3. I Jura Indo’na I Niyutte (anak La To Ancalo Arung Amali dengan We Kumala Daeng Niyutte), lahirlah : We Butta Besse Benteng Arung Kalibong dan La Pananrang Pangulu JoaE Arung Marowanging.

 

  1. We Tenripada Sitti Aisya Arung Berru XIV, kawin dengan I Malingkaan Daeng Nyonri Karaeng Katangka, Sultan Muhammad Idris Tumenanga Ri Kala’biranna, Somba Gowa XXXIII (anak I Kumala Daeng Parani Karaeg Lembangparang, Somba Gowa XXXII dan I Senong Karaeng Lakiyung), lahirlah :
    1. I Makkulau Daeng Serang Karaeng Lembang Parang, Sultan Muhammad Husain, Tuminanga Ri Bundu’na, Somba Gowa XXXIV, I Makkulau kawin dengan We Cella Tenri Paddanreng Arung Alitta (anak La Parenrengi Arung Pugi, Sultan Ahmad Muhiddin, MatinroE Riajang Bantaeng, Mangkau Bone XXVII dengan isterinya We Tenriawaru Pancaitana Besse Kajuara Mangkau Bone XXVIII), lahirlah : La Panguriseng Bau Tode Datu Sawitto dan La Mappanyukki Datu Lolo ri Suppa (Mangkau Bone XXXII dan XXXIV, yang bergelar Sultan Ibrahim MatinroE Ri Gowa).
    2. I Mangimangi Daeng Matutu Karaeng Bontonompo, Sultan Muhammad Tahir Muhimuddin Tumenanga Ri Sungguminasa, Somba Gowa XXXV, I Mangimangi kawin dengan I Kunjung Daeng Nginga Karaeng Tantana (anak La Nyulla Daeng Tappa Mannyoro Attampone dan We Bungasa Daeng Tasa), Lahirlah : La Ijo Daeng Mattawang Karaeng Lalolang (Somba Gowa XXXVI, yang bergelar Sultan Muhammad Abdul Kadir Aidid) La Ijo kawin dengan : I Tungke Besse Bandong (anak La Pawawoi Karaeng Sigeri, Mangkau Bone XXXI dan Daengta Mene, lahirlah : Andi Maddussila Daeng Mannyonri Karaeng Katangka dan Andi Kumala Daeng Sila Karaeng Lembang parang.
    3. We Batari Toja Daeng Marennu Karaeng Lakiung Arung Berru XV, kawin dengan I Mahmud’ Daeng Maddusila Tu Mailalang ri Tallo Karaeng Baroanging, lahirlah : La Patume Arung Mangempa dan I Malingkaang Karaeng Ribura’ne.
    4. I Bangkung Ma’guliga Karaeng Popo, kawin dengan :
  1. We Banri Gau Sitti Fatima Arung Timurung, Mangkau Bone XXX (anak La Singkerru Rukka, Mangkau Bone XXIX dan Sitti Saira Arung Lompu), lahirlah : We Bunga Suttara Daeng Bau Arung Apala.
  2. We Tenri SoggiE Arung Macege, lahirlah : La Patotori Petta Datu
  3. I Nakko Karaeng Panakkukang, lahirlah : I Mane’ne Karaeng Balangsari.
  1. Kawin dengan We Banri Gau Daeng Linrung Arung Majang (anak Petta Bagusu Arung Paijjo dan Arung Majang), lahirlah : La Sambaloge Daeng Manabba Petta MakkadangE Tana dan La Pabbenteng Daeng Palawa Arung Tarasu.
  2. Kawin dengan We Danti Arung Mallari (anak Arung Awangpone), Lahirlah : La Pajoppo Daeng Mangottong To Marilaleng Bone.
  3. Kawin dengan I Lawang/We Callawang Arung Lunrara (Barebbo), yang kemudian dikenal dengan nama Besse Langello Arung Bulobulo, lahirlah : La Pamulu Daeng Parau Arung Cabalu, To Marilaleng Bone, We Lebbi Daeng Tanyalla dan La Bagenda Daeng Massolong. La Pamulu kawin dengan We Dattaro (anak dari La Mappamella Datu Salomekko, Arung Salangketo Karaeng Bulukumpa dan We Tenri Jai Arung Bulobulo), lahirlah 9 orang anak :
    1. La Mallawangeng Daeng Majella.
    2. La Patellui Daeng Pasau Arung Sumaling (Mare).
    3. La Paduai Daeng Mamala Sullewatang Mario.
    4. La Beddu Wahid Daeng Mabbani.
    5. La Kasi Daeng Kamase.
    6. La Eppa Daeng Pasolong.
    7. La Mella Daeng Pawero Sullewatang Barebbo.
    8. I Lumba Daeng Masesse.
    9. La Padduntu Daeng Patunru.
  4. Kawin dengan I Natta, melahirkan anak : La Paroro Daeng Pageso.
  5. Kawin dengan Karaeng Buakana, melahirkan anak : La Ponto Batu Daeng Sitaba.
  6. Kawin dengan Tobukaka, lahirlah : La Mappelawa Petta Renring.

 

WE MANNINGRATU ARUNG DATA, Sultanah Salimah Rajiyatuddin, MatinroE Ri Kessi Ratu Bone XXV, kawin dengan :

  1. Sayyid Ahmad Saleh Alaydrus (anak Sayyid Daud Alaydrus dan We Muriati Sitti Patimang Arung Gareccing), lahirlah :
    1. Sayyid Abdullah Alaydrus
    2. We Dettima Sitti Joharia Arung Data
  2. La Sambaloge Daeng Mattuana Petta Salebba ri Soppeng Datu Cinnong (anak La Padda Datu Cinnong dan We Batari Toja/Woja Arung Tajong), lahirlah :
    1. La Summi Hayatullah Arung Lamacane,
    2. La Semme Zatullah Anre Guru Cenrana,
    3. La Mappelawa Petta Libu,
    4. La Palacca Petta Gella.

 

LA MAPPASELLNG ARUNG PANNYILI Sultan Adam Najamuddin, MatinroE Ri Salassana, Mangkau Bone XXVI, kawin dengan Sitti Hawang Besse Cenrana Arung Cenrana (anak La Mattalitti Baso Cenrana Arung Cenrana dan We Kambecce Besse Bulu Arung Bulu), lahirlah : We Tenri Salesse Daeng Mawaru Arung Cenrana.

 

LA TENRISUKKI ARUNG KAJUARA To Malompona Bone, kawin dengan :

  1. We Cinde Maddika Daeng Matana Arung Kaju, lahirlah : We Tenriawaru Pancaitana Besse Kajuara, Mangkau Bone XXVIII.
  2. I Darakatti, memiliki anak bernama La Makkarumpa Datu Ulaweing.
  3. I Calu Daeng Marana, memiliki anak bernama La Pakkeku Daeng Pasakko.
  4. I Aca Matowa, memiliki anak bernama I Beisa.
  5. I Cinna Arung Libureng, memiliki anak bernama La Pagosso Daeng Pagassa Arung Libureng.
  6. We Tompo Petta Opi Daeng Mallino (anak La Cambang Makkurappe Daeng Pasore dan I Pada), lahirlah : La Pasarai To Pauseri Baso Kaluku Petta EppE.

 

LA MAPPANGEWA ARUNG LOMPU Anregurunna AnakarungE Bone, kawin dengan :

  1. We Tabacinna Karaeng Kanjenne (anak La Pasanrangi Arung Malolo Sidenreng dan We Muddariya MappalakkaE Ranreng Talotenreng Wajo XVIII), lahirlah :
    1. La To Ancalo Petta CambangE Arung Amali.
    2. La Parenrengi Arung Pugi Sultan Ahmad Saleh Muhiddin, Mangkau Bone XXVII, La Parenrengi Arung Pugi kawin dengan :
      1. We Tenriawaru Pancaitana Besse Kajuara, Mangkau Bone XXVIII (anak La Tenrisukki Arung Kajuara dan We Cinde Maddika Daeng Matana Arung Kaju), lahirlah : We Tenri Paddanreng Arung Alitta, kawin dengan I Makkulawu Daeng Serang Karaeng Lembang Parang, Somba Gowa XXXIV, lahirlah : La Panguriseng Bau Tode Arung Alitta dan La Mappanyukki Datu Suppa.
      2. I Mananrai Daeng Niratu, lahirlah : We Sekati Arung Pugi.
    3. We Rukka.
    4. We Ciciba. Cimpu.
    5. Sitti Saira Arung Lompu.
  2. I Tigi, lahirlah : I Cingkogo Daeng Marakka.

 

LA TEMMU PAGE ARUNG PAROTO, PonggawaE Bone MatinroE ri Alau Appasareng, kawin dengan :

  1. Petta Bagusu Besse Bulukumpa (anak La Makkarumpa Bangkailong Daeng Parani Karaeng Bulukumpa), lahirlah :
    1. La Celleng Daeng Mattiro Sullewatang Pompanua
    2. We Donno Daeng Ngitung Arung Matuju
    3. La Makkunradde Passelle Arung Cellu
    4. La Maddeppungeng Daeng Pasere Dulung Ajang Ale’
  2. I Nainong, lahirlah :
    1. Andi Ponynyo Petta Tasa
    2. Andi Cecco Petta Bate

 

WE BATARA TUNGKE ARUNG TIMURUNG, kawin dengan La Makkulawu Arung Mampu (anak La Maddussila Daeng Salipuri Arung Mampu dan We Manisa Cella Besse Palongki), lahirlah :

  1. Sitti Tahira Besse Timurung,
  2. We Sugiratu Datu Bunne,

 

LA PAWAWOI ARUNG SUMALING, memiliki anak bernama Petta Iyye Arung Gona.

WE MAMMUNCARAGI ARUNG MALAKA, kawin dengan I Lotteng Salahudding Daeng Marakka Tu Malompoa ri Data (anak I Mappasepe Daeng Mamaro Karaeng Bonto Langkasa, Somba Gowa XXIII dan I Sugiratu Karaeng Bontoa Sultanah Sumbawa V), lahirlah : I Tamparang Daeng Taesa Karaengta Cilallang

 

Adapun saudara La Tenritappu Daeng Palallo To Appaliweng adalah :

  1. We Batari Toja/Woja Arung Tajong, kawin dengan La Padda Datu Cinnong (anak To Saddeng Datu Cinnong Petta Salebba ri Soppeng dan We Masing Besse Arung Weteng), Lahirlah : 1) La Samba Daeng Mattuana Petta Salebba MaloloE ri Soppeng, 2) La Pamelleri Arung Lanca, 3) La Pawerei Daeng Matejjo Arung Alinge.
  2. We Yallu Arung Apala, kawin dengan La Mappapole Onro Arung Lapanning, Datu Soppeng XXVIII (anak La Mappajanci Daeng Massuro PollipuE Datu Pattiro, Datu Soppeng XXVII, dan We Tenri Olle Datu Bolli), lahirlah : 1) La Unru Datu Pattiro, Datu Soppeng XXX, 2) We Tenri Kawareng Arung Balosu, 3) La Mata Esso Arung Madello.
  3. We Banri Gau Arung Tajong, kawin dengan La Sampenne I Labattoa Petta Cakkuridi Wajo Arung Liu (anak La Raung Langi To Sadda Daeng Malebbi Petta Paddanreng Bettempola XII, dan We Tenri Appareng I Angka Arung Singkang), lahirlah : 1) We Sekkati Daeng Kambecce Arung Palippu, 2) La Olling Maddanreng Bone & Ranreng Tuwa Wajo, 3) We Sawe Arung Liu, 4) La Mattugengkeng Daeng Malewa Arung Kung.

 

Arumpone La Tenritappu tempat tinggalnya di Rompegading dan Bone secara bergantian. Pada tahun 1812 M, ia meninggal dunia di Rompegading, maka dinamakanlah MatinroE ri Rompegading. La Tenritappu, Daeng Palallo MatinroE ri Rompegading digantikan oleh anaknya yang bernama La Mappasessu To Appatunru Arung Palakka sebagai Mangkau Bone XXIV.

 

 

Sumber :

  • Palontaraq.Id, Riwayat Raja Bone Ke-23 La Tenritappu To Appaliweng oleh M. Farid W Makkulau.
  • Silsilah Keturunan To Appatunru Raja Bone Ke-24 MatinroE Ri Lalengbata, Andi Muhammad Ridwan Petta Rani, Edisi April 2015.
  • Bidang Sarana dan Prasarana

 

 

 

Galeri

Peta

...
  • Nama Lain MANGKAU BONE XXIII, 1775-1812
  • Kategori Struktur
  • Letak JL SULTAN ABDULLAH II
  • Kelurahan TALLO
  • Kecamatan TALLO

Bagikan:

(c) 2022 Dinas Kebudayaan Kota Makassar