Wednesday, Dec 18, 2019
Kerajaan Tallo adalah salah satu kerajaan yang terdapat di wilayah Sulawesi Selatan yang merupakan hasil dari pembagian kekuasaan Kerajaan Gowa yang dilakukan oleh Raja Gowa ke VI Tunatangka Lopi (1445-1460). Pembagian ini menghasilkan dua kerajaan yang dikuasai masing-masing oleh putera raja, yaitu Batara Gowa Tuniawanga Ri Paralekkanna sebagai Raja Gowa ke VII (1460) dan Kerajaan Tallo dikuasai oleh Karaeng Loe Ri Seri sebagai raja pertama.
Keberadaan Kerajaan Tallo tidak terlepas dari keberadaan Kerajaan Gowa, ini merupakan keunikan. Kerajaan ini memiliki kemampuan dalam menyusun berbagai sistem pemerintahan, termasuk strategi militer.
Makam dari raja-raja Tallo tersebut kini lebih dikenal dengan Kompleks Makam Raja-raja Tallo. Dua kerajaan ini kembali bersatu melalui persekutuan pada tahun 1528 dan menghasilkan Kerajaan Makassar yang pernah dipimpin oleh salah satu raja yang termahsyur, Sultan Hasanuddin. Rakyat dari kerajaan ini berasal dari Makassar yang berdiam di ujung selatan dan pesisir barat Sulawesi. Wilayah pusat kerajaan ini sekarang berada di wilayah Kota Makassar dan kabupaten lainnya.
Kompleks makam ini adalah tempat Raja-raja Tallo dimakamkan mulai Abad XVII sampai dengan abad XIX. Di kompleks makam ini diantaranya terdapat makam Mangkubumi kerajaan Gowa-Tallo, bernama I Malingkaang Daeng Manyonri dan makam seorang ulama dari Sumatera,bernama Khatib Tunggal Datuk Makmur, atau populer di kalangan masyarakat Sulawesi Selatan dengan nama Datuk Ri Bandang. I Malingkaang Daeng Manyonri, merupakan orang pertama yang memeluk agama Islam di Kerajaan Gowa-Tallo yang diislamkan oleh Datuk Ri Bandang.
Kompleks makam Raja-Raja Tallo berlokasi di Jalan Sultan Abdullah III, kelurahan Tallo, Kecamatan Tallo, Kota Makassar dengan koordinat. Batas areanya meliputi, sebelah selatan dengan jalan setapak dan pergudangan, sebelah barat dengan jalan Sultan Abdullah, sebelah timur dan utara berbatasan dengan pemukiman penduduk. Aksesbilitas menuju lokasi objek relatif mudah dijangkau dengan menggunakan kendaraan bermotor baik roda dua maupun roda empat karena hanya berjarak sekitar 7 km ke utara dari pusat Kota Makassar.
Adapun Jumlah makam yang dapat diidentifikasi sebanyak 96 buah. Berdasarkan ukurannya makam tersebut dapat diklasifikasikan kedalam tiga tipe yaitu, makam berukuran besar sebanyak 5 buah, makam berukuran sedang 55 buah dan makam berukuran kecil sebanyak 36 buah. Secara keseluruhan makam-makam yang ada mewakili bentuk – bentuk makam abad ke17 hingga abad ke 18 masehi. Adapun Berdasarkan bentuknya makam-makam tersebut dapat dikelompokkan ke dalam beberapa tipe yaitu :
1. Tipe Kubang (susun-timbun), yakni tipe makam yang terbuat dari susunan balok batu berbentuk persegi, berundak 3 dan 4. Pada undakan teratas ditancapkan 2 buah nisan semu. Bentuknya hampir menyerupai bentuk susunan balok-balok candi di Jawa. Secara vertical terdiri dari dasar, badan dan atap. Tipe makam disebut dengan istilah jirat semu karena pada bagian dasar/kaki memiliki ruang (rongga) yang didalamnya terdapat struktur terdiri dari jirat dan nisan yang merupakan makam utama. Ada 2 buah bangunan makam seperti ini dan merupakan makam dengan ukuran paling besar. Makam tipe ini adalah salah satunya adalah makam I Mallawakang Daeng Mattinri Karaeng Kanjilo dengan gelar Karaeng Tu menanga Ri Passiringanna putra dari Raja Tallo “ I Mappaiyo Daeng Manyanru Sultan Harun Al Rasyid “.
2. Tipe Makam yang terbuat dari balok batu dibuat menyerupai susun timbun/ berundak tapi tidak berongga sebagaiamana tipe makam satu. Berorientasi utara selatan dan di bagian atas ditancapkan 2 buah nisan. Makam seperti ini ada beberapa buah.
3. Makam yang terbuat dari papan batu berbentuk persegi panjang. Bagian utara dan selatan jirat dilengkapi dengan gunungan makam.
4. Makam terbuat dari papan batu dibentuk menyerupai undakan (bersusun) dan di undakan teratas diberi gunungan.
5. Makam yang berada didalam sebuah bangunan kubah, yang didalamnya terdapat 2 buah makam. Bentuk makamnya terbuat dari papan batu membentuk empat persegi panjang berorientasi utara selatan dan dibagian tengah makan ditancapkan 2 buah nisan yang terbuat dari kayu. Pintu masuk kubah berada dibagian selatan bangunan.
6. Makam yang terbuat dari batu bata dibuat berundak menyerupai susun timbun namun tidak berongga dan pada undakan paling atas ditancapkan 2 buah nisan gadah.
Sebagian besar terbuat dari susunan batu andesit dan sebagian lainnya menggunakan bahan bata. Tiga makam di antaranya berbentuk kubah yang menjadi keunikan tersendiri. Bentuk bangunan makam-makam kuno pada kompleks makam ini mirip konstruksi candi. Makam disusun dengan tumpukan batu berukuran persegi hingga enam lapis, kijingnya bertingkat dengan badan berlekuk seperti lubang pada batu dakon. Terdapat beberapa ragam hias yakni berupa hiasan tumbuhan- tumbuhan, sulur-suluran daun, dan seni kaligrafi (huruf Arab).
Ragam hias sebagai salah unsur yang sering ditemukan pada sebuah makam/ jirat, di Kompleks makam ini terdapat pula beberapa makam/ jirat diberi pula ragam hias ukiran berupa inskripsi dalam kalimat syahadat “ Lailaha illallah Muhammadan Rasulullah “ dan hiasan floraistis berupa sulur-suluran daundan motif geometris dengan pola tumpal yang distilir seperti pada beberapa makam/ jirat, nisan serta gunungan makam. Selain itu terdapat sebuah nisan yang dipenuhi dengan inkripsi ukiran yang berisi doa untuk si mayat pada satu sisi serta identitas yang dimakamkan pada sisi lainnya.
Dari 96 makam yang berada di lokasi hanya sebahagian kecil yang diketahui identitasnya yaitu :
• Sultan Mudafar (Imanginyarrang Dg Makkiyo, Raja Tallo VII, 1598 – 1640),
• Sawerannu (istri Raja Tallo VII),
• Sultan Abd. Kadir (Mallawakkang Dg Matinri, Raja Tallo IX),
• Sultan Syaifuddin (Imakkasumang Dg Mangurangi, Raja Tallo XII, 1770 – 1778),
• Sultana Sitti Saleha (Madulung, Raja Tallo XIII),
• Sultan Muh. Zainal Abidin (La OddangRiu Dg Mengeppe, Raja Tallo XV, Raja Gowa XXX),
• Yandulu (Krg Sinrijala),
• Pakanna (Raja Sanrobone XI),
• Sultana Sitt iAisyah (Mangati Dg Kenna),
• I Malawakkang Dg Sisila (Abd Kadir),
• Abdullah Bin Abd Gaffar (Duta Bima di Tallo),
• Linta Dg Tasangnging (Krg Bonto Sunggua Tumabicara Butta Gowa),
• Abdullah Daeng Riboko,
• Arif Krg Labbakang,
• Imanuntungi Dg Mattola,
• Karaeng Parang-Parang (Krg Bainea RiTallo),
• Saribulang (Krg CampaganaTallo),
• MangTowayya,
• Sinta (Karaeng Samanggi),
• Karaenta Yabang Dg Talomo (Krg Campagaya Krg Bainea Ri Tallo),
Karaeng Mangarabombang (Krg Bainea Ritallo).
Kompleks Makam Raja-raja Tallo Makassar merupakan jejak atau bukti sejarah kehadiran kerajaan kembar Gowa Tallo, dan atau sebagai Kerajaan Tallo yang merupakan Bandar Makassar yang menjadi cikal bakal kehadiran Kota Makassar di Sulawesi Selatan.
Sumber: Dinas Kebudayaan Kota Makassar