Wednesday, Dec 18, 2019
Societeit de Harmonie secara harfiah dapat diartikan sebagai gedung perkumpulan harmoni yang biasanya diisi oleh merekamereka yang tertarik akan seni. Pembangunan gedung ini tentu saja tidak terlepas dari pengaruh kolonial di Makassar pada saat itu. Societeit de Harmonie dibangun pada tahun 1896 oleh pemerintah kolonial Belanda di sebuah kawasan Stad Vlaardingen dengan harapan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan seni dan hiburan rakyat. Terkadang juga digunakan sebagai tempat pertemuan resmi Gubernur, Wali Kota, dan pejabat tinggi militer Belanda.
Di depan gedung Societeit de Harmonie, terdapat taman yang bernama Juliana Park yang dilengkapi dengan gardu musik yang difungsikan sebagai tempat pesta. Para tamu yang hendak berkunjung ke Societeit de Harmonie, kiranya akan mendapat sambutan hangat dari taman Juliana Park tersebut yang telah siap dengan alunan musikmusiknya yang merdu. Pada awal-awal berdirinya, gedung ini hanya menggelar kesenian dari rombongan-rombongan amatir setempat semisalnya kelompok musik “Hawaian” yang secara berkala tampil di gedung ini, hingga akhirnya pada awal tahun 1900-an didatangkanlah rombongan sandiwara toneel dari Belanda dan beberapa negara Eropa lainnya.
Bangunan ini dibangun dengan ciri arsitektur Eropa abad 19, Gaya Renaissance atau Yunani Baru (Neo Griekse Stijl) yang merupakan pengembangan dari Gaya Rokoko. Ada juga yang menyebutnya Gaya Empire (Empire Style) yang sedang menjadi trend di Eropa pada saat itu. Ciri khas bangunan bergaya arsitektur Renaissance adalah bentuk bangunan yang memiliki badan cenderung lebih lebar secara horizontal dibanding tinggi.
Societeit de Harmonie berdenah tidak simetris, mungkin karena fungsinya yang rekreatif dan tidak formal. Bagian dalam bangunan ini berbentuk 'L-shape' terbalik, yang dilengkapi dengan dua lokal unit massa yang dipisahkan oleh koridor. Lokal bagian Timur adalah gedung utama, memiliki Lobby yang berfungsi sebagai ruang Tunggu, ruang Pameran dan di sisi dalam terdapat semacam amphytheatre atau ruang Pertunjukan dengan tempat duduk ber-spectator. Memanjang dari Selatan ke Utara tempat panggungnya. Gedung ini memiliki balkon belakang yang dilengkapi dengan menara pemantau berlantai empat dengan kaca jendela yang berwarna warni.
Di sebelah Barat ada gedung penunjang terdiri dari tujuh ruang dan dibagian belakangnya ada halaman terbuka yang cukup luas untuk kegiatan bersifat out door. Adapun total luas bangunan adalah 2.339 m2.
Gedung Societeit bertaburkan ornamen arsitektur di setiap elemen bangunan. Bahkan kolom-kolom struktur dikamuflase dengan bentukan-bentukan ornamen. Bangunan berlantai marmer jenis metamo dan berpintu bahan kayu yang cukup besar.
Sepanjang sejarah berdirinya, bangunan ini telah mengalami beberapa kali peralihan fungsi dari fungsi utamanya sebagai tempat pertunjukan seni dan juga tentu saja ketika bangunan ini beralih fungsi, maka tidak dapat dielakkan akan terjadi perubahan bentuk arsitektur dari bangunan aslinya. Sebut saja pada tahun 1910 tepatnya ketika Makassar menyandang status Gemeente, bangunan ini dirombak dan diperbesar yang ternyata menghilangkan keaslian gedung ini karena disesuaikan dengan kebutuhan Makassar pada saat itu.
Pada masa pendudukan Jepang, gedung ini dijadikan sebagai “Balai Pertemuan Masyarakat” yang digunakan untuk rapat-rapat dan kegiatan dalam rangka kepentingan Jepang. Selain itu, Jepang juga menggunakan gedung ini sebagai alat untuk menarik simpati para rakyat khususnya seniman dengan mengadakan pertunjukan seni dan sandiwara. Sejumlah grup sandiwara diberikan kesempatan untuk tampil di gedung ini. Namun sangat disayangkan karena pada masa itu banyak hiasan dan perlengkapan gedung yang rusak dan hilang.
Di tahun 1960 hingga 1978 gedung ini kembali beralih fungsi menjadi Kantor DPRD Tingkat I Sulawesi Selatan. Sayang nya, perubahan fungsi itu kembali dibarengi dengan terjadinya pembaharuan pada gedung tersebut. Misalnya saja langit-langit yang tadinya cukup tinggi dan mempunya lubang angin, pada masa itu direndahkan serta tanpa lubang angin lagi. Sementara itu, beberapa tembok batu pun dirobohkan untuk memenuhi kebutuhan ruangan fraksi dan ruangan rapat, yang juga tentu saja berdampak pada terbengkalainya panggung Procenium. Lalu di tahun 1978 hingga 1980 gedung ini dijadikan sebagai sekretariat KNPI (Komite Nasional Pemuda Indonesia). Setelah itu, atas persetujuan Wakil Presiden RI Adam Malik, Gedung ini akhirnya diserahkan kepengelolaannya kepada DKM (Dewan Kesenian Makassar) yang saat itu memanfaat fasilitas panggung Procenium yang ada dengan mengubah nya menjadi bioskop jika tidak ada pertunjukan kesenian.
Namun, pada tahun 1989 para seniman diperintahkan untuk keluar dari gedung itu oleh Gubernur Sulawesi Selatan, karena gedung ini rencananya akan digunakan sebagai Kantor Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah (BKPMD) dan Kantor Pembantu Gubernur Sulawesi Selatan Wilayah III. Di era reformasi gedung Societeit de Harmonie dijadikan sebagai Gedung Kesenian Sulsel. Bangunan dalam kondisi terawat dengan baik, demi nilai sejarah dan arti penting bagi ilmu pengetahuan dan budaya.