Wednesday, Dec 18, 2019
Masyarakat Tionghoa Makassar telah menaruh perhatian terhadap permasalahan pendidikan pada akhir abad 19 dengan mendirikan sekolah-sekolah swasta menggunakan bahasa Melayu, Makassar dan Tionghoa. Didirikannya sekolah ini agar tidak menghilangkan nilai-nilai nasionalisme dari negeri leluhur.
Di lokasi ini, Jl. Sumba atau Groote straat, dahulu terletak rumah tinggal milik keluarga Tionghoa bernama Loen Djie Tong. Keluarga ini membentuk Perkumpulan Loen Djie Tong, lalu membangun gedung sekolah bernama LianYi Zhong Xiao Xue sebagai kebutuhan pendidikan khusus bagi masyarakat peranakan Tionghoa. Sekolah Lian Yi Zhong Xiao Xue dibangun pada tahun 1930 oleh Perkumpulan Loen Djie Tong.
Di tahun 1955, sekolah direnovasi oleh Pemerintah Propinsi Sulawesi Selatan untuk kebutuhan sarana prasarana Pekan Olahraga Nasional IV. Sekolah menjadi salah satu venue untuk olahraga Basket dan Bulutangkis. Sekaligus sebagai sarana akomodasi bagi para atlet PON IV. Sebagaimana kebijakan panitia juga untuk sekolah lain yang ada di Makassar. Bangunan dirancang oleh N.V. Candi Borobudur, Biro Insinyur dan Arsitek.
Dari tampakan arsitektural dapat diketahui bergaya arsitektur Jengki,sebuah gaya arsitektur yang berkembang pasca Kemerdekaan Indonesia. Di era ini (1950-1960) ketika arsitek Belanda telah hengkang, maka banyak pula arsitek kelahiran Indonesia yang menempuh pendidikan di Belanda kembali ke Indonesia,selain itu ada juga lulusan sekolah bangunan yang telah mapan mendisain bangunan ikut terlibat di zaman ini. Arsitektur Jengki atau Yankee adalah era arsitek lokal untuk berkreasi, meninggalkan gaya arsitektur kolonial di setiap hasil karyanya.
Bangunan Sekolah Menengah Pertama (SMP) 5 Makassar dirancang seiring pengetahuan konstruksi beton di Hindia Belanda. Dibangun dengan mengedepankan aspek struktur skeleton sekaligus menjadi daya tarik arsitektural (arsitektonis).
Sekolah memiliki pola massa 'U-shape' dengan lapangan atau inner court di tengah sebagai pengikat antar massa. Berfungsi sebagai lapangan upacara, olahrga maupun untuk kegiatan massal lainn ya. Unit massa utama yang berada di sisi Jl. Sumba. Terdapat pintu masuk atau Main Gate di tengah. Unit lantai bawah berupa ruang-ruang kantor , ruang staf dan administrasi. Lantai 2 (dua) sebagian ruang administrasi juga ruang kelas.Lantai 3 (tiga) adalah ruang pandang.
Unit massa pendukung berlantai dua di sisi kiri dan kanan berupa unit ruang kelas.Merujuk bentuknya,sekolah ini sangat maju dan modern di zamannya, bahkan hingga kini.Hal spesifik yang tidak pernah ditemukan pada disain sekolah manapun adalah dinding sisi dalam yang tidak penuh menyentuh ringbalk. Ketinggiannya sekitar 1.75 cm, artinya keberadaan dinding hanya untuk sekat pandangan agar tidak mengganggu proses belajar mengajar. Dalam pandangan arsitektural, gagasan ini untuk mengurangi suhu panas dalam ruang. Tanpa sekat dinding masif menyebabkan sirkulasi udara yang baik.
Struktur rangka beton (Skeleton) dirancang untuk diekspose. Menjadikan ruang dalam unit kelas maupun kantor memiliki nilai estetika yang sangat indah. Sudut pertemuan kolom dengan rangka balok lantai dibuat lengkung, sejulur keluar kelas ke rangka balok penopang teras dibuat struktural miring.Balok-balok ini sangat nampak pada unit massa ruang-ruang kelas tanpa sekat tadi.
Detail-detail arsitektur masih bertahan adalah rancangan railing teras yang sangat serupa disainnya pada Gedung Olahraga Mattoanging. Detail tangga, teralis pintu dan jendela serta lubang ventilasi atas. Fasade depan diolah bidang masif dan bidang kaca, mengingatkan arsitektur jengki, gaya trend arsitektur pasca kemerdekaan.
Analisis struktur yang ada, bangunan unit di atas ruang kelas masih bisa dikembangkan secara vertikal dengan menambah satu lantai lagi.Konsultan perencana sudah menyiapkan stek kolom untuk pengembangan struktur vertikal,sementara sudah pula dipersiapkan plat lantai beton di atas lantai 2 (dua) sebagai penutup atap sekarang.Unit massa pendukung berlantai dua di sisi kiri dan kanan.
Jl. Sumba no. 11 atau Groote straat