Wednesday, Dec 18, 2019
Rumah Tinggal Bacan No. 102, yang berdiri megah di tengah Pecinan/Bacan di Kota Makassar, Sulawesi Selatan, menawarkan pesona arsitektur klasik yang memikat. Terletak di Jalan Bacan No. 102, di Desa Ende, Kecamatan Wajo, rumah ini bukan hanya sekadar bangunan biasa, melainkan sebuah warisan berharga yang mencerminkan sejarah dan kekayaan budaya daerah. Dibangun dengan menggunakan bahan utama seperti beton, batu bata, semen, dan plasteran pasir, rumah ini menghadirkan gabungan material yang kuat dan kokoh, sementara warna putihnya memberikan kesan elegan dan bersih.
Denah rumah yang berbentuk segiempat panjang dengan dua lantai memberikan ruang yang luas dan fungsional bagi penghuninya. Di lantai pertama, kita disambut oleh ruang tamu yang hangat dan ramah, menyambut tamu dengan keramahan khas rumah Makassar. Di sebelahnya, ruang makan yang nyaman menciptakan suasana kebersamaan bagi keluarga untuk berbagi cerita dan kenangan. Dapur yang terletak di bagian belakang rumah menjadi pusat kegiatan memasak, menghadirkan aroma masakan khas yang menggoda. Sementara itu, di lantai dua, ruang keluarga menjadi tempat berkumpul yang menyenangkan, sementara kamar tidur menawarkan ketenangan dan kenyamanan untuk istirahat yang baik.
Sebagai bagian dari Pecinan/Bacan, rumah ini tidak hanya menyimpan keindahan arsitektur, tetapi juga kisah-kisah panjang perjalanan sejarah dan budaya Kota Makassar. Dibangun pada tahun 1920-an oleh warga Tionghoa pada masa pemerintahan kolonial Belanda, rumah ini telah menjadi saksi bisu dari berbagai peristiwa dan perubahan yang terjadi dalam perjalanan waktu. Data kepemilikan pada tahun 2000 yang mencatat nama Charles menandakan komitmen keluarga tersebut dalam melestarikan warisan budaya yang mereka warisi. Rumah ini bukan hanya menjadi tempat tinggal, melainkan sebuah simbol keberlanjutan dan keberagaman budaya yang harus dilestarikan dan dijaga dengan baik.