Wednesday, Dec 18, 2019
Makassar di akhir abad XIX sudah menunjukkan situasi yang aman dan kondusif. Proses asimilasi masyarakat yang tinggal di sekitar Vleck Vlaardingen, seperti Kampung Pecinan, Melayu, Wajo di Utara dan Kampung Baru di Selatan menciptakan suasana ekonomi yang dinamis dan terkendali.
Kondisi yang aman ini menjadi latar belakang Pemerintah Hindia Belanda yang selama ini mengendalikan roda pemerintahan dan ekonomi di dalam Fort Rotterdam, untuk memulai berbaur dengan masyarakat sekitar. Terlebih karena sudah dibentuk kawasan perkampungan elit bagi Belanda di Vlaardingen.
Maka dibangunlah kediaman resmi Residen Gubernur atau Resident Gouverneur Woning pada tahun 1885. Sebagai kediaman Gubernur, rumah ini telah banyak menerima tamu dan kegiatan yang berkaitan dengan pemerintahan di Makassar. Beberapa kegiatan maha penting terjadi pada tahun 1905, yakni upacara pemberian bintang kehormatan kepada Ratu/Datu Tanete, We Tenri Olle (1855- 1910). Kategori bintang kehormatan diberikan kepada petinggi negara, seperti Raja/Ratu/Datu/Sultan, orang-orang yang berjasa dalam bidang kesusastraan dan mitra pemerintah kolonial. Bintang kehormatan bernama commander kruis der orde Van Oranje-Nassau.
Penyambutan tamu-tamu penting juga berlangsung di tempat ini, seperti kedatangan A. Senden, Asisten Residen Polisi di Makassar pada 1907 dan Gubernur Jenderal Hindia Belanda, J.P. Graaf van Limburg Stirum (1916-1921), yang berkunjung ke Makassar pada 1919, kunjungan Gubernur Jenderal A.C.D. de Graeff 1927.
Dinas Kepurbakalaan Pemerintah Hindia Belanda pada 1929 mencatat bahwa rumah Resident Gouverneur woning bertingkat dua, dan di depan rumah terdapat dua meriam kecil berbahan perunggu yang dibangun sekitar paruh pertama abad ke-20. Pada Tahun 1925, bangunan utama telah mengalami perubahan, antara lain bentuk atap, penambahan teras di lantai dua, dan perubahan model pagar dan pintu gerbangnya. Pada tahun 1933, bangunannya juga mengalami pemugaran.
Ketika wilayah Sulawesi Selatan dan Tenggara masih satu propinsi, di tahun 1950 instansi Departemen Agama bernama Jawatan Urusan Agama (JAURA) berkedudukan di Makassar, menempati bangunan ini sebagai kantor. Pada tahun 1960 Kantor Jawatan Urusan Agama dipindahkan ke Jl. W.R. Supratman. Bangunan ini kini hanya menyisakan bagian serambi paviliun kiri dan kanan. Bangunan utama kini telah direnovasi dan pengalami perubahan yang cukup signifikan. Perubahan yang sudah tidak menampilkan bentuk asli bangunan. Tetapi, tinggalan pola unit massa bangunan dari Gouverneur woning masa lalu masih terlihat jelas dalam konfigurasi unit massa di Kantor Polrestabes Makassar Barat ini. Unit massa utama hunian Gubernur Militer Hindia Belanda berada di tengah dengan unit bangunan penunjang berupa paviljun di sisi kiri dan kanan.
Pola unit massa membentuk 'U-shape' terbalik, membentuk taman di tengah sebagai ruang penerima. Keberadaan taman membuat unit massa utama dapat dinikmati dengan sudut view yang sangat baik.
Menelusuri gaya arsitektur Gouverneur woning, adalah gaya Neo-klasik yang kaya akan ornamen dan cornice. Bukaan-bukaan jendela yang lebar dan beranda di lantai atas dan bawah untuk mengadopsi unsur tropis. Unit paviliun justru bergaya Yunani, deretan Order atau Kolom Doric menjadi elemen arsitektural yang dominan di terasnya. Unit massa utama dan penunjang dihubungkan oleh koridor dengan bukaan lengkung Romawi.
Dari penelusuran, diperoleh artefak yang masih asli adalah : tangga menuju lantai dan marmer metamo di ruang lantai unit utama. Kolom Doric dan beberapa cornice di unit Paviljun. Bangunan ini telah terdaftar pada Suaka Peninggaan Sejarah dan Purbakala Provinsi Sulawesi Selatan dan Tenggara (SPSP Sulselra), dengan nomor registrasi 380.