Wednesday, Dec 18, 2019
Gereja Protestan Indonesia Bagian Barat (GPIB) Jemaat Immanuel Makassar terletak di Jalan Balaikota No. 1 Makassar atau berada disamping timur Gedung Balaikota Makassar. Gereja Protestan Immanuel (De Protestante Kerk) dibangun pada tahun 1885 oleh Pemerintah Kolonial Belanda dan merupakan salah satu dari sekian banyak arsitektur peninggalan kolonial Belanda di Makassar, Gereja yang berbenduk simetris dan bergaya arsitektur gotik klasik ini memiliki luas bangunan 600 m2 yang dibangun diatas lahan sebesar 3,428 m2, diatas pintu masuk gereja terdapat menara lonceng yang tinggi dan runcing menyerupai gaya gotik klasik.
Inisiatif pembangunan gereja, didahului dengan keluarnya sebuah surat keputusan dari Gubernur Hindia Belanda pada 17 Oktober 1852 untuk pembentukan De Protestantse Kerk di Makassar yang nantinya akan tergabung dalam De Protestantse Kerk in Nederlandsche Indie (Gereja Protestan di Hindia Belanda). Pendirian Gereja Immanuel tidak lepas dari situasi politik dan keamanan di Makassar yang makin membaik pada abad ke 18 hingga akhir abad 19. Secara perlahan masyarakat yang awalnya tinggal di dalam Benteng Rotterdam beralih tinggal di luar benteng atau dikenal dengan kehidupan Extra Muros. Pemerintah Hindia Belanda pun membangun dua bangunan permanen yaitu kediaman residen Gubernur Militer (Gouverneur woning) dan Gereja Protestan Immanuel sebagai sarana ibadah. Kedua bangunan didirikan pada tahun 1885. Pada saat yang sama, Belanda membangun sebuah kawasan hunian bagi warga Belanda, Stad Vlaardingen dengan jalan lebar bernama Hooge Pad.
Gereja Immanuel dibangun simetris dengan menghadap ke arah Barat di bagian Timur Fort Rotterdam dan berhadapan langsung dengan sebuah tanah kosong yang nantinya dijadikan taman dengan nama Kerkplein. Namun pada tahun 1939, Kerkplein dibanguni Kantor Gouverneur yang sekarang menjadi Kantor Balaikota Makassar. Gereja Immanuel berbentuk empat persegi panjang, dibangun dengan gaya arsitektur Neo-Klasik yang memiliki ciri-ciri seperti garis-garis bersih, elegan, penampilan yang rapih, simetris dan kolom-kolom yang berdiri bebas dan digunakan menahan beban berat dari struktur bangunan. Kolom yang digunakan sebagai elemen grafis arsitektur. Jendelanya berukuran raksasa, mengisi bidang dinding hingga dekat garis atap. Ambang atap jendela ber-pola lengkung khas gaya klasik. Gaya ini diperkuat dengan garis-garis profil ornamentasi mengikuti bentuk jendela. Atapnya berbentuk pelana memanjang searah bangunan.
Bagian dalam gereja terbagi atas beberapa ruang. Diantaranya adalah; bagian depan terdapat mimbar atau Altar. Di kiri dan kanan Altar terdapat Ruang Konsistori yang berfungsi sebagai ruang persiapan para pendeta sebelum memimpin misa. Di bagian tengah adalah ruang utama, ruang bagi jemaat gereja untuk melakukan doa dan persembahyangan. Ruang ini bernama nave. Sedikit ruang transisi antara nave dengan main entrance atau pintu utama. Untuk memenuhi jumlah kapasitas jemaah maka disediakan balkon di lantai dua yang dibangun pada bagian belakang gereja.
Bangunan gereja pernah mengalami perombakan pada tahun 1977 dengan melakukan penambahan bangunan ke arah belakang (khusus gereja), perombakan selanjutnya juga terjadi pada 1992 dan 1999. Renovasi-renovasi yang dilakukan, telah menghilangkan arsitektur asli dari Gereja Immanuel. Tidak nampak lagi ciri neoklasik bangunan, cenderung miskin detail dan ornamentasi yang menjadi kebanggaan dahulu. Kini, arsitektur bangunan sederhana, berarsitektur modern, dengan wajah depan berupa bidang datar. Bagian atas meruncing mengikuti kemiringan atap bentuk pelana dengan dua sisi miring.
Letak pintu masuk utama terletak di bagian tengah, bagian depan sama seperti bangunan-bangunan kolonial yang berbentuk simetris. Detail estetika yang masih bertahan adalah pada main entrance atau pintu utama. Panil pintu terbuat dari papan kayu, disanggah oleh besi baja yang berbentuk indah. Sebuah pigura berbentuk lingkaran sebagai lubang pandang dengan simbol salib sebagai teralis pengaman. Sungguh sangat arsitektonis.
Pada tahun 1928 dibangun sebuah rumah hunian untuk pendeta. Terletak di sisi Utara bangunan gereja. Arsitekturnya sangat orisinil, bergaya kolonial dengan ornamentasi profil yang dinamis dan menarik. Sistem strukturnya berupa pilaster yang telah menyatu dengan dinding, di mana pengalir beban atap jatuh ke kolom pilaster tanpa menyentuh ornamen.
Ruang Tamu memiliki aksentuasi pola lantai yang sangat indah. Pola-pola ini sebagaimana lantai pada bangunan kolonial pada umumnya, tetapi dengan motif yang berbeda, dari tegel terraso yang dicampur dengan koral semen. Atap telah berganti material zync, sangat mengurangi nilai orisinalitas bangunan. Rumah pendeta kini difungsikan sebagai kantor Gereja Immanuel. Kegiatan administrasi gereja dipusatkan di bangunan ini.
Jl. Balaikota No. 1 atau Gouverneurslaan