Wednesday, Dec 18, 2019
Sejarah dan fungsi bangunan telah berganti seiring dengan perjalanan waktu. Gedung yang awalnya merupakan toko buku dan percetakan tersebut kini berubah menjadi ruang pamer mobil dan service kendaraan mewah,Jeep. Diperkirakan bangunan sudah ada sejak paruh pertama abad ke-19. Hal ini berdasarkan dari Oudheidkundige Verslag 1929 yang dikeluarkan Oudheidkundige Dienst in Nederlandsch-Indie atau Laporan Kepurbakalaan Dinas Kepurbakalaan Hindia Belanda tahun 1929.Bangunan dengan pilar serta ruang terbuka dengan bukaan yang cukup lebar tersebut dahulu pernah berfungsi sebagai toko “Kanner”milik S.Kanner di sekitar tahun 1920-an. Pada tahun 1940- an gedung ini kemudian ditempati oleh Percetakan dan Toko Buku Celebes dari N.V. Celebes Drukkerij. Sebelum menempati gedung ini, N.V. Celebes Drukkerij beralamat di Passerstraat No. 18 (sekarang Jalan Nusantara) yang dahulunya merupakan salah satu jalan dan kawasan pusat perekonomian di Makassar. Pada waktu pemindahan, selaku pemilik dari perusahaan N.V.Celebes Drukkerij ialah W.C. van Wijk.Dia juga merupakan Direktur Makassaarsche Courant,salah satu koran yang terbit di Makassar pada masa itu.Di masa kedatangan Jepang ke Makassar gedung ini kemudian menjadi kantor Pewarta Selebes. Pewarta Selebes merupakan koran yang dibuat oleh pihak Jepang untuk membantu kampanye dan propaganda mereka di Selebes, khususnya Makassar.Pewarta Selebes berdiri ketika wartawan harian Minichi Shimbun di Tokyo,melalui S. Kondo, mengajak Manai Sophian untuk menerbitkan Pewarta Selebes di Makassar dan Manado. Staf redaksi Pewarta Selebes terdiri dari tokoh-tokoh Partai Nasional Indonesia (PNI) dan selaku Pemimpin Redaksi dijabat oleh Manai Sophian, wakil ketua Syamsuddin dan Masiara, serta wartawan lokal ikut andil dalam media koran ini.Wartawan lokal misalnya, M.Yusuf Arief, seorang guru yang kemudian menjadi wartawan pewarta Celebes. Pada tanggal 29 Agustus 1945 berita proklamasi diumumkan melalui harian Pewarta Selebes sehingga memperjelas pemberitaan mengenai proklamasi kemerdekaan Indonesia.Setelah kemerdekaan gedung ini kemudian menjadi percetakan dan toko buku Makasser N.V. Drukkerij Makassar, kemudian Kantor Redaksi Indonesia Timor dan Oost Indonesie Bode. Setelah banyak perusahaan-perusahaan Belanda dinasionalisasi, N.V. Drukkerij Makassar menjadi perusahaan daerah, kemudian menjadi Toko Buku dan Percetakan Bhakti Makassar. Tahun 1980-an gedung ini disewa oleh koran Harian Fajar, media harian yang baru lahir dan didirikan oleh pengusaha sekaligus wartawan HM Alwi Hamu dan dibantu oleh Harun Rasyid Djibe, Sinansari Ecip dan Syamsu Nur. Keberadaan Harian Fajar di gedung ini bisa dikatakan berkat sumbangsih dari H M. Jusuf Kalla yang saat itu menjadi pengelola percetakan milik pemerintah daerah. Sebelumnya Alwi Hamu mengajak H. M. Jusuf Kalla dan H. M.Aksa Mahmud. Kemudian Jusuf Kalla menyerahkan pengelolahan percetakan kepada Alwi Hamu untuk dikelola dan dikembangkan.Pada tahun 1990-an Harian Fajar mendirikan gedung kantor baru di Jl. Racing Center dan berpindah ke gedung baru tersebut. Setelah Harian Fajar, gedung tersebut kemudian menjadi Showroom mobil Fiat, Showroom dan Bengkel KIA, Benelli dan terakhir Showroomdan Bengkel Jeep yang dikelola oleh PT.Hadji Kalla. Data lain yang tidak bisa dikesampingkan, menurut Suaka Peninggalan Sejarah Dan Purbakala Provinsi Sulawesi Selatan dan Tenggara, gedung ini dibangun tahun 1920-an oleh pemerintah Belanda dan pernah juga menjadi Percetakan NV. OGEM atau Gedung Timor dan juga dikenal dengan nama Percetakan Manokwari. Selain Harian Fajar, Harian tegas, Progreptif dan Hanma pernah menggunakan gedung ini sebagai kantor mereka.Tercatat beberapa kali dipugar pada tahun 1996 dan 1997.Dari sisi arsitektural, penemuan teknologi baja dan beton sebagai hasil dari revolusi industri, membawa pengaruh terhadap arsitektur bangunan kolonial di Hindia Belanda. Di kala itu, arsitek yang kebanyakan dari perwira Genie atau zeni maupun dari profesi arsitek berdatangan dari Belanda untuk membangun negeri ini. Mereka makin bisa berekspresi dengan dimensi jarak yang lebih panjang dan bentuk-bentuk arsitektur yang lebih dinamis. Berdasar tinggalan dokumentasi yang ada,bangunan memiliki bentuk arsitektur kolonial modern dengan tidak melupakan kondisi iklim lokal yang tropis. Atap genteng yang meninggi dan lebar, menaungi seluruh bangunan dengan baik. Bukaan-bukaan berupa teras adalah solusi arsitektur tropis yang baik. Sebuah potongan tangga di sudut depan, menjadi saksi bisu atas keindahan bangunan bekas toko buku dan percetakan ini.