Wednesday, Dec 18, 2019
Bangunan Kantor Direktorat Jendral Anggaran, dahulu bernama Central KantoorV oor de Comptabiliteit (CKC) yang merupakan kantor keuangan Pemerintah Hindia Belanda dan didirikan pada tahun 1910.
Sejak masa Hindia Belanda, urusan perbendaharaan negara di daerah telah dilaksanakan oleh jawatan CKC yang tugasnya melaksanakan wewenang ordonansering. Pelaksanaan fungsi ordonansering oleh CKC sangat berkaitan dengan pelaksanaan fungsi kompatibel atau fungsi bendahara umum yang dilaksanakan oleh S'Land yang pada perkembangan selanjutnya disebut Kantor Kas Negara (KKN). Dalam pelaksanaan fungsi verifikasi dan penatausahaan pengeluaran negara dikenal Administratie Kantoor Voor de Landkassen atau dalam bahasa Indonesia disebut dengan Kantor Pengawas dan Tata Usaha Kas Negara (KPTUKN). S'Land pada masa Hindia Belanda telah ada di 7 Kepulauan dan di 22 kota di seluruh Indonesia. Medan, Tanjungpinang, Padang, Palembang, Jambi, Pangkalpinang, Tanjungpandan, Jakarta, Bogor, Bandung, Semarang, Bogor, Surabaya, Malang, Pontianak, Banjarmasin, Samarinda, Makassar (Ujungpandang), Denpasar, Singaraja, Mataram dan Ambon.
Pada tahun 1939, gedung ini sempat digunakan sebagai kantor Gubernur sebelum pindah ke kantor baru yang menempati Kerkplein, tidak jauh dari lokasi gedung ini. Setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, antara tahun 1945 - 1947 Kas Negara dipegang langsung oleh bangsa Indonesia sendiri. Instansi ini kemudian berubah menjadi Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara (KPKN).
Pada tahun 1964 berdasarkan Keputusan Menteri Urusan Pendapatan, Pembiayaan, dan Pengawasan (Menteri P3) sekarang Menteri Keuangan tanggal 22 Desember 1964 No. PKN/1/64 terhitung tanggal 1 Januari 1965 dilakukan integrasi Kantor Pusat Perbendaharaan Negara (KPPN), Kantor Kas Negara (KKN), dan Kantor Pengawas Kas (KPKas) ke dalam satu instansi yang disebut Kantor Bendahara Negara (KBN). Pada bulan April 1975 melalui Keputusan Menteri Keuangan No. KEP-405/MK/6/4/75 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Departemen Keuangan, KBN diubah menjadi Kantor Perbendaharaan Negara (KPN) dan Kantor Kas Negara (KKN). Bersamaan dengan itu, dibentuk pula Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Anggaran sebanyak 11 (sebelas) buah.
Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor 214/KMK.01/2005 tertanggal 2 Mei 2005 dan diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor 134/PMK.01/2006 tanggal 22 Desember 2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Perbendaharaan, KPKN dengan beberapa penyesuaian tugas pokok dan fungsinya berubah menjadi Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN). Di kota Makassar terdapat dua Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara yaitu KPPN Makassar I dan Makassar II.
Sekarang bangunan ini terdiri atas dua kantor yaitu Kantor Arsip Dirjen Perbendaharaan Ditjen Perbendaharaan Propinsi Sulawesi Selatan dan Balai Diklat Keuangan (STAN) dan berada di Jl. Riburane yang dahulu bernama Prins Hendrik Pad.
Selain sebagai Kantor urusan keuangan atau pembendaharaan, menurut beberapa informasi gedung ini pada awalnya berfungsi sebagai kantor gubernur. Berdasarkan foto-foto lama lokasi dari gedung ini menempati lokasi bahkan merenovasi gedung secretarie, atau biasa dikenal sekarang dengan nama Sekertaris Daerah, Celebes dan Negeri Bawahannya (Wilayah Dependensinya) atau dalam Bahasa Belanda Celebes en Onderhoorigheden.
Gedung CKC di zaman kolonial memiliki 2 unit massa. Unit massa depan berlantai 1 (satu) dan massa belakang berlantai 2 (dua). Masing-masing berdiri sendiri dengan bentuk arsitektur yang berbeda pula. Massa depan berarsitektur Yunani, mengulang bentukbentuk klasik lama sehingga bisa disimpulkan bahwa gaya arsitektur gedung depan CKC adalah Neo-klasik. Gaya ini jelas terlihat dengan deretan tiang-tiang Doric, ditambah dengan model Tympanium atap di fasade depan. Massa belakang, memiliki gaya Kolonial. Dominan unsur dinding tembok dengan variasi bukaan jendela, unit massa ini sangat menarik 'wajahnya'.
Orientasi bangunan menghadap ke arah Barat atau Societeit de Harmonie atau Jl. Bonerate, tidak ke arah Hooge pad dan Ravelijns weg yang memiliki taman luas. Diperkirakan orientasi ini untuk menangkap view terbaik dari bangunan ke arah dermaga laut kedatangan tamu Belanda ataupun sebaliknya. Bukaan jendela berjumlah 9 (sembilan) dan sebuah pintu besar di sisi Selatan menjadikan bangunan tetap memiliki view ke dan dari arah taman yang baik.
Gedung CKC pasca kemerdekaan, bangunan berarsitektur modern cenderung Jengki atau Yankee, dengan bentuk denah segiempat. Seluruh bidang fasade bangunan didominasi oleh bukaan jendela berkaca Nako berukuran besar. Untuk mengurangi cahaya yang berlebihan ke dalam bangunan, maka ditambahkan unsur Sunscreen dari material beton berpola kotak-kotak. Sunscreen menjadi Point of Interest dari bangunan. Terkesan monoton akibat pola kotak yang berukuran sama meskipun ada upaya tidak terletak pada satu bidang yang sama.
Unsur yang menjadi pembeda adalah bentuk Canopy di pintu utama berupa lipatan-lipatan beton. Canopy beton di beberapa bukaan jendela di sisi Barat memiliki pola lipatan yang berbeda, sederhana dan tegas tanpa ornamen garis alur air. Lain lagi Canopy di pintu belakang sisi Timur, berbahan cor beton yang datar.
Gedung Arsip terdiri atas 2 (dua) unit massa, massa bagian depan tidak berlantai, sementara massa di bagian belakang berlantai 2 (dua). Tiga sisi bangunan dikelilingi oleh jalan dengan jarak Garis Sempadan Bangunan adalah 0 (nol), artinya tidak tersedia sama sekali lahan untuk parkir. Permasalahan konstruksi bangunan yang makin rapuh menjadi sebab utama sehingga Kantor Arsip tidak pernah lagi digunakan oleh pemerintah. Sebuah masalah bagi bangunan Objek Diduga Cagar Budaya di kota-kota besar Indonesia.
Pemeliharaan bangunan dan rehabilitasi berat, dapat menjadikan bangunan CKC digunakan kembali sebagai kantor pemerintahan maupun tempat pendidikan dan pelatihan sebagaimana fungsinya di awal-awal tahun 2000. Pola ruang dapat dipertahankan ataupun dilakukan adaptasi ruang agar aktifitas terakomodir dengan baik.
Tinggalan-tinggalan arsitektur kolonial yang masih dapat dilihat hingga kini adalah tangga beserta detail railing, plafond papa/kayu dan balok struktur penopangnya, struktur konsul bagi penopang lantai 2 (dua), plafond beton lengkung berulang, sistem penampungan air hujan/drainase, detail rooster berbentuk segi delapan dan beberapa kusen pintu yang berukuran besar.