Wednesday, Dec 18, 2019
Asrama Lompobattang, juga dikenal sebagai Tangsi Belanda, merupakan sebuah landmark sejarah yang berdiri di Jl. Rajawali, Desa Pannambungan, Mariso, Makassar, Sulawesi Selatan. Dengan luas bangunan mencapai 16.705m² dan luas lahan seluas 102.595m², bangunan ini memancarkan aura kebesaran yang mencerminkan era pemerintahan Belanda pada tahun 1915.
Dibangun dengan menggunakan bahan utama batu bata, semen, dan plesteran pasir, Asrama Lompobattang memiliki dominasi warna hijau yang memberikan nuansa khas pada arsitektur militernya. Namun, sayangnya, kondisinya saat ini terbilang kurang terawat, menyiratkan tantangan dalam menjaga kelestarian warisan berharga ini.
Asrama ini terbagi menjadi dua bagian utama yaitu gedung kantor di bagian depan dan asrama militer yang bersambung ke ajandam di bagian belakang. Pintu utama mengarah pada gedung kantor yang masih berfungsi hingga saat ini. Di dalamnya, dapat ditemukan rumah Queenzet yang tetap aktif dalam menjalankan fungsinya.
Sejarah kepemilikan Asrama Lompobattang mencakup era pemerintahan Belanda, di mana bangunan ini menjadi markas tangsi militer. Setelah Indonesia merdeka, kepemilikan diserahkan kepada Pemerintah dan dikelola oleh Kodam VII Wirabuana. Dengan peranannya yang berubah dari masa ke masa, asrama ini menjadi saksi bisu perjalanan waktu, dari masa kolonial hingga kemerdekaan.
Asrama Lompobattang bukan sekadar bangunan bersejarah, tetapi juga menawarkan pandangan jelas ke dalam sejarah militer di Sulawesi Selatan. Meskipun menghadapi tantangan dalam pemeliharaan, kehadiran Asrama Lompobattang tetap memberikan daya tarik tersendiri bagi para pengunjung yang ingin menggali lebih dalam tentang jejak sejarah dan perubahan sosial di Makassar.